This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Ruang TPIP (Tempat Pendaftaran dan Informasi Pasien), Kasir dan Apotik

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 13 Mei 2010

SOP KETUBAN PECAH DINI

KETUBAN PECAH DINI

A Definisi

Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan mulai.

B Diagnosis

1 Terbukti keluar air ketuban dari OUE (Orificium Uteri Externum)

2 Air ketuban diperiksa dengan :

a. Nitrazine test

b. Fern test

c. Pap smear test

d. Nile blue sulfatestine

3 Dilengkapi dengan pemeriksaan urine rutine

C Pemeriksa penunjang

1 Ultrasonografi

2 Ratio L/S

3 pH darah

4 Pulsus dan temperatur ibu

D Penatalaksanaan

1 Bila umur

a. Tunggu terjadi proses persalinan

b. Bila sampai 6-8 jam belum terjadi proses persalinan dilakukan induksi persalinan(lihat

c. Protokol induksi persalinan).

d. Bila induksi gagal dilakukan bedah besar

2 Bila umur kehamilan 28-35 minggu

a. Berikan deksametason 5mg i.m den diulangi 12 jam kemudian(4kali)

b. Observasi temperatur , nadi ibu serta DJJ

c. Berikan antibiotika

d. Tunggu partus spontan

3 Bila umur kehamilan 24-27 minggu : Persalinan segera diakhiri


INFEKSI INTRA PARTUM

A Diagnosis

Infeksi intrapartum yaitu infeksi yang terjadi dalam persalinan yang ditandai suhu naik, air ketuban keruh kecoklatan, berbau dan lekosit ≥15000/. Infeksi dapat terjadi anterpartrum, berupa khorioamnionitis, yang mungkin asimtomatik.

B Kriteria diagnosis

1 Biasanya ketuban sudah pecah

2 Suhu >/= 38 C

3 Air ketuban keruh kecoklatan dab berbau

C Faktor predisposisi

1 Distosia

2 Pemeriksaan dalam lebih dari 2x

3 Keradaan umum lemah

4 Gizi kurang

5 Servisits,vaginitis

D Pemeriksaan penunjang

Lekosit≥ 15000/mm

E Terapi

1 Pencegahan : memberantas predisposisi dan membilas vagina dengan betadine, gentian,violet,dettol

2 Penatalaksanaan : antibiotika PP 2x1,2 juta IU I.M perhari dan atau Ampicilin 4x500 mg Per oral, perhari

3 Obstetri :

a. Persalinan diusahakan pervaginam

b. Bedah ceasar hanya dilakukan diatas indikasi obstetri, misalnya kelainan letak,distosia,partus kering,gawat janin.Bayi dapat rawat gabung.


BEDAH CAESAR

A Definisi

Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada perut dan dinding rahim dengansyrat dalam keadaan utuhserta berat janian diatas 500 gr

B Jenis bedah caesar

1 Bedah cesar transperitonealis profunda klasik (korporal)

2 Bedah cesar transperitonealis profunda

3 Bedah caesar ekstraperitoneal (retroperitonealis)

C Indikasi

1 Ibu

a. Panggul sempit absolut

b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

c. Stenosis servik/vagina

d. Plasenta previa

e. DKP (disporposi kepala dan panggul)

f. Ruptura uteri imminen

g. Perdarahan antepartum banyak olehkarena plasenta previa totalis atau letak rendah

2 Janin

a. Kelainan letak

b. Gawat janin

c. Kelainan konginetal yang membuat persalinan pervaginam tidak memenuhi syarat

D Persiapan

1 Ditegakkan diagnosa

2 Informed consent

3 Pemeriksaan laboratorium : PDL, Gol darah

E Pelaksanaan

1 Pemilihan jenis anestesi

2 Tentukan turunnya kepala

3 Pemilihan jenis irisan abdominal

4 Pemilihan incisi uteri berdasarkan insisi sebelumnya transversal atau klasik

5 Tutup lapisan yang diinsisi

6 Eksplorasi kavum peritonii dan pastikan tidak ada perdarahan atau cidera

SOP PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

A Pengertian

1 Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan TRIAS hipertensi, edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera setelah persalinan.

2 Eklampsia adalah kejang atau koma yang menyertai keadaan preeklampsia.

B Diagnosis

1 Preeklampsia ringan

a. Tekanan darah : > 140/90 MmHg- < 170/110 mmHg

b. Protein uria : < 5 gr/liter dalam 24 jam (+2)

c. Edema : lokal atau general

2 Preeklampsia berat

Disebut preeklampsia berat jika terdapat satu atau lebih keadaan berikut ini:

a. Tekanan darah sistolik > 170 mmHg

b. Tekanan darah diastolik > 110 mmHG atau

c. kenaikan tekanan sistolik > 60 mmHg

d. Kenaikan tekanan diastolik > 30 mmHg

e. Protein uria > 5 gr/l/24 jam atau + 4 dalam pemeriksaan kualitatif

f. Oligouria < 500 ml/ 24 jam

g. Nyeri kepala yang berat

h. Edema yang masif

i. Edema paru

j. Gangguan visus dan cerebral

k. Nyeri epigastrium/ nyeri juadran atas abdomen, muntah-muntah

l. Terdapat syndrome HELLP(Haemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low platelet count)

C Penunjang diagnosa

1 Pemeriksaan Lab protein urine

2 PDL

3 LFT

D Penanganan Pre Eklampsi ringan

1 Kehamilan kurang dari 37 minggu

Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan

a. Pantau tekanan darah, priotein urine, refleks dan kondisi janin

b. Konseling pasien dengan tanda-tanda bahaya dan gejala preeklampsi dan eklampsi

c. Lebih banyak istirahat

d. Diet biasa

e. Jika tekanan darah naik maka pasien perlu dirawat

f. Jika terdapat tanda2 pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan, jika tidak rawat sampai aterm

g. Jika protein urine meningkat tangani sebagai preeklampsi berat.

2 Kehamilan lebih dari 37 minggu

a. Jika serviks matang pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglndin

b. Jika serviks belum matang, lakukam pematangan dengan prostaglandin atau sectio sesaria.

E Penanganan Pre eklampsia berat dan eklampsia

1 Penanganan pre eklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbunya kejang pada eklampsia. Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan

F Penanganan kejang

1 Beri obat anti konvulsan

2 Perlengkapan untuk penanganan kejang

3 Oksigen 4-5 l/mnt

4 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

5 Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari resiko aspirasi

6 Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika diperlukan

G Penanganan umum

1 Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekakan diastolik diantara 90-100 mmHg

2 Pasang infus dengan jarum ukuran besar

3 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload

4 Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinurine

5 Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam

a. Hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV (Na Cl 0.9 % atau RL) dengan kecepatan tetasan 1 liter/8jam

b. Pantau kemungkinana edema paru

6 Observasi tand-tanda vital dan denyut jantung janian tiap jam

7 Jika terjadi edema paru berikan injrksi Furosemid 40 mg IV sekali saja

H ANTI KONVULSAN

1 MgSO4

Cara pemberian MgSO4:

a. Dosis awal :

1). MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40 % selama 5 menit

2). Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr di larutkan dalam cairan infus RL 500 ml diberikan sekama 6 jam (untuk MgSO4 40%, maka 10 cc IV dan 15 cc drip)

3). Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan Mg SO4 2 gr IV selam 2 menit

b. Dosis pemeliharaan

1). MgSO4 1-2 gr per jam perinfus

2). Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir

c. Berikan MgSO4 bila

1). Frekuensi pernapasan >16 X/mnt

2). Reflek patela (+)

3). Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

d. Berhentikan pemberian MgSO4 jika :

1). RR < 16 X/mnt

2). Refleks patela (-)

3). Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir

e. Antidotum

1). Jika terjadi henti napas lakukan ventilas

2). Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) pelan-pelan sampai napas mulai lagi

2 DIAZEPAM

a. Diasepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada

b. Pemberian intravena

c. Dosis awal

1). Diasepam 20 mg IV pelan-pelan selama 20 menit

2). Jika kejang berulang dosisi awal

d. Dosis pemeliharaan:

1). Diasepam 40 mg dalam larutan RL 500 cc perinfus

2). Jangan berikan dosis > 100mg / 24 jam.

e. Pemberian melalui rektum :

1). Jika pemberian IV tidak dimungkinkan diasepam dapat diberikan per rektal dengan dosis awal 20 mg dengan semprit 10 ml tanpa jarum.

2). Jika konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/ jam tergantung pada berat pasien dan respon klinik.

I PERSALINAN

Persalinan harus diusahakan segera setelah pasien stabil

1 Periksa serviks, jika matang lakukan pecah ketuban dan induksi dengan oksitosin atau prostaglndin

2 Jika persalinan tidak bisa diharapkan dalam 12 jam lakukan seksio sesarea

3 Jika DJJ < 100 atau > 180 X/ menit lakukan sectio sesarea

4 Jika servik belum matang dan janin hidup lakukan secsio sesaria

5 Jika janian mati atau terlalu kecil usahakan lahir pervaginam dengan matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin atau folly kateter

J PERAWATAN PASCA PERSILANAN

1 Anti konvulsi diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau setelah kejang

2 Teruskan antihipertensi jik tensi > 110 mmHg

3 Pantau urin

4 Pantau Vital sign per jam